WARUNG KOPI
Marten Taha Punya Modal 48,8 Persen Suara Untuk Pilwako?
(WARUNG KOPI) – Setelah mengikuti pemilihan gubernur dan wakil gubernur Gorontalo yang dilaksanakan 15 Februari baru-baru ini, kini kembali wacana pemilihan walikota dan wakil walikota Gorontalo tahun 2018 mendatang mulai digulirkan. Pilkada gubernur dan wakil gubernur dianggap telah selesai dengan kemenangan Rusli Habibie-Idris Rahim (NKRI).
Perolehan suara pasangan calon Rusli Habibie-Idris Rahim (NKRI) khususnya di Kota Gorontalo sebesar (48,8 persen), dijadikan acuan dasar oleh sejumlah kalangan yang diprediksi akan mengantarkan Marten Taha memimpin kembali Kota Gorontalo periode kali kedua.
Namun sebagian beranggapan bahwa perolehan NKRI di Kota Gorontalo masih dianggap sangat riskan jika dijadikan acuan kemenangan Marten Taha untuk menduduki posisi walikota periode berikutnya. Hal ini terungkap pada diskusi warung kopi pasca pemilihan gubernur dan wakil gubernur Gorontalo.
Terungkap pada diskusi warung kopi, jika pemilihan walikota hanya dua pasang calon atau head to head, maka dianggap masih sangat berbahaya bagi Ketua DPD II Partai Golkar tersebut. Belum lagi disinyalir ada pihak-pihak lain yang berusaha menggorogoti citra Marten Taha dari dalam partainya sendiri ataupun dari pemerintahan yang dipimpinnya.
Marten Taha jangan membiarkan elemen-elemen yang mulai dirusak oleh oknum-oknum tertentu. Alangkah baiknya segera melakukan langkah-langkah jitu untuk menangkal virus yang berusaha merusak citra pemerintahan saat ini. Kalau perlu segera mengamputasi bagian-bagian yang merusak sistim. Jika tidak segera diantisipasi, akan berbahaya bagi kepemimpinan Marten Taha.
Walikota Marten Taha mengerti rakyat miskin yang butuh bantuan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah pengawasan menyangkut pelayanan publik. Misalnya, di kelurahan-kelurahan maupun di sektor-sektor lain yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat. Termasuk pelayanan perijinan satu pintu yang dinilai masih cukup lambat dalam pelayanan.
Walaupun program gratis dari lahir sampai mati yang menjadi jargon “Pasangan Madu” cukup baik, masih ada terindikasi pungutan ‘di bawah meja’ dengan modus sumbangan atau alasan pembenaran lainnya. Marten Taha harus memperbaiki sistim dan regulasi yang jelas, sekaligus pengawasan yang ketat dan tegas.
Banyak kalangan menilai bahwa cara Marten Taha berkomunikasi dengan rakyat cukup baik. Responnya terhadap keluhan masyarakat sangat cepat. Ramah lagi. Hanya saja respon cepat tersebut belum cukup jika tidak dibarengi dengan tindakan cepat dan tegas dalam sebuah implementasi nyata.
Banyak hal yang mempengaruhi keterlambatan sistim pelayanan publik. Salah satu yang sering ditemui di lapangan adalah sebagian pegawai hanya asyik main facebook, WhatsApp, BBM, dan segala macam fasilitas yang terdapat pada Handphon Android. Belum lagi sikap dalam pelayanan yang kurang bersahabat.
Nah, perlunya pembinaan mental para pegawai dan keahlian personal dalam mengolah data serta dibarengi dengan sikap ramah pelayan terhadap masyarakat. Pegawai harus cepat tanggap dalam menyikapi kepentingan publik. Semoga..!* (MCB.Com menghimpun diskusi Warung Kopi)
You must be logged in to post a comment Login