MCB.COM (Kota Gorontalo) – Sebuah rumah mungil berukuran 3,8 meter X 4,8 meter tampak masih berdiri tegak. Dindingnya terbuat dari lembaran yang dirajut dengan bambu (pitate). Sebagian dari rajutan bambu itu mulai rusak parah—hanya ditampal dengan penggalan sisa-sisa tripleks. Lantaran ukurannya sangat kecil, dibuatlah sebuah ruang kamar sebagai tempat tidur keluarga.
Rumah yang kecil mungil ini berdiri di tengah beberapa rumah permanen. Cukup memprihatinkan memang jika melihatnya. Namun keluarga kecil yang telah dikaruniai seorang anak ini bertahan dengan kehidupan yang serba pas-pasan.
Adalah Raman Ahmad (36th) bersama istrinya, Lisna Tolinggi penghuni rumah tersebut. Pasangan suami-istri ini telah dikaruniai seorang anak yang kini berusia kurang lebih 5 tahun, dan bersekolah di TK.
Rahman Ahmad yang biasa dipanggil Komar ini bekerja sebagai buruh—pembuat batu-bata. Perusahaan batu-bata ini bukan milknya. Ia hanya sebagai pekerja atau makan gaji dari seorang pengusaha batu-bata di Desa Pilohayanga. Istrinya pun ikut membatunya membuat batu-batu. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
“Yach…, yang penting bagi kami, Allah masih memberikan kekuatan dan kesehatan kepada keluarga, sehingga kami masih bisa bekerja,” ungkapnya kepada MCB.COM dengan sedikit senyum seakan dipaksakan.
Demikian juga dengan istrinya, Lisna Tolinggi membantu suaminya membuat batu-batu. Itupun dilakukan stelah anaknya pulang dari sekolah. “Pokoknya, kami bekerja dari pagi sampai sore,” ujar Lisna yang tampak matanya mulai berkaca-kaca.
Pasangan suami istri yang menikah enam tahun lalu ini tinggal di Kelurahan Bulotadaa Barat Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Semasa pemerintahan Walikota Adhan Dambea, ia beroleh bantuan 38 lembar sen, 200 biji batako, dan dua gerobak pasir kali.
“Alhamdulillah bantuan sen tersebut telah kami gunakan sebagai atap rumah. Sedangkan batako, masih saya pinjamkan kepada orang lain. Maklum, kami belum sanggup menambah bantuan itu. Kebutuhan hari-hari tidak bisa dibantah,” tutur Komar.
Walau demikian, ia tidak banyak mengeluh dengan keadaannya yang serba pas-pasan. Semua kehidupannya diserahkan kepada Allah SWT. “Sekali lagi saya bersyukur atas kekuatan dan kesehatan yang diberikan Allah kepada kami keluarga,” ujarnya lagi semakin mantap.
Lantas, apakah pemerintah provinsi dan kota sudah datang? Menurut Komar, telah beberapa orang datang ketempatnya—meninjau rumahnya dan mengambil gambar. Namun sampai saat ini, entah kenapa bantuan tersebut belum kunjung datang. “Saya tidak mengerti. Mungkin saya tidak ada koneksi atau penghubung stau,” kilahnya.
Oleh sebab itu Komar berharap agar pemerintahan yang dipimpin Walikota Marten Taha ini dapat memperhatikan rakyatnya. “Tolong lihatlah rumah kami ini Pak Marten Taha! Kami tahu bahwa Pak Marten yang selalu memperhatikan rakyatnya,” tandasnya penuh harap.*(MCB.02/01)
