MCB.Com (BALI) – Bentang wilayah Kabupaten Badung yang memanjang dari utara ke selatan memiliki potensi agro-ekosistem yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan ekologi yang saling ketergantungan.
Ketergantungan tersebut meliputi air untuk irigasi dan produksi pertanian di Badung Utara untuk kebutuhan pariwisata di Badung Selatan. Namun demikian, secara ekonomi Badung Selatan sebagai daerah pariwisata menerima dampak lebih besar dibandingkan Badung Utara.
Untuk keseimbangan pembangunan wilayah, digelarlah Festival Budaya Pertanian (FBP), di areal Jembatan Tukad Bangkung Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, yang memiliki pemandangan yang sangat eksotik. Tahun 2017 ini FBP telah memasuki tahun ke 6, yang digagas dengan tujuan: menumbuhkan citra Badung Utara, memperkuat sinergitas pertanian-pariwisata yang berbasis budaya.
Tahun 2017 ini FBP digelar dengan tema “Angajap Lango” yang artinya mendambakan seni (the dream of art), karena seni budaya memiliki kekuatan luar biasa untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dan memberi aura positif untuk pelaksanaan pembangunan.
Berbagai kegiatan digelar dalam rangka memeriahkan festival seperti; pawai budaya pertanian, pameran produk pertanian, lomba kuliner, lomba penyuluhan pertanian, mengukir buah, membuat gebogan, merangkai bunga, mewarnai gambar (bagi anak-anak sekolah dasar), menganyam topi, membuat hidroponik, lari gembira, dan pentas seni/hiburan. Terlihat jelas kegiatan FBP masih padu dan seiring antara kegiatan yang berciri budaya tradisional dan moderen.
Peserta festival adalah seluruh Kecamatan se Badung yang digerakkan oleh Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani, Desa Wisata, Pengusaha, Karang Taruna, Perangkat Daerah, Siswa, dan Kelompok Seniman. Festival dibuka oleh Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta dengan bentangan panah membidik sosok Dewi Sri, sebagai Dewi Kemakmuran.
Kegiatan FBP sudah mampu menjadi ikon Badung Utara, sehingga event ini selalu mendapat sambutan meriah masyarakat dan kalangan frofesional yang bergerak di bidang pertanian. Setiap hari tercatat sekitar 3.000 – 5.000 orang pengunjung datang ke arena festival, termasuk di antaranya tamu asing melalui promosi yang dilakukan oleh Desa Wisata.
Komoditas unggulan yang dimiliki Badung Utara khususnya di Kecamatan Petang di antaranya : Kopi, Jeruk, Asparagus, Jambu Kristal, Jambu Merah dan sayuran lainnya. Komoditas inilah yang biasanya meramaikan stand pameran dan ditransaksikan selama event berlangsung.
Beberapa di antaranya telah merambah pasar eksport yaitu Kopi, dan yang masuk swalayan, hotel dan restoran adalah Asparagus, Jambu Kristal dan Jambu Merah. Transaksi langsung selama festival 15-18 Juli 2017 tercatat Rp. 1,2 milyar oleh 118 pedagang. Sedangkan evaluasi terhadap MoU antara petani dan pengusaha tahun 2016 menembus angka lebih dari Rp. 3 milyar.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, FBP merupakan investasi dan media edukasi yang diharapkan akan bermuara pada daya saing Badung Utara, baik menyangkut sumerdaya alam, komoditas pertanian, seni budaya dan sumberdaya manusia.
Hal ini mulai terlihat dari tahun ke tahun semakin meningkat, dengan semakin aktifnya peran serta masyarakat pada FBP, baik dalam bidang teknis, budaya dan ekonomi. Yang terpenting lagi, FBP kini semakin dirasakan menjadi milik mereka sendiri.
Pengembangan dan penguatan makna festival dalam kerangka sinergitas pertanian-pariwisata, perlu dipacu lagi dengan menambah agenda kegiatan pariwisata berskala nasional maupun internasional di antaranya dalam bentuk kegiatan menjelajah alam, fun run dan sebagainya untuk memperkenalkan potensi alam Badung Utara.
Di samping itu paket “eksotic dinner” di atas Jembatan Tukad Bangkung, dengan tata cahaya lampu yang menarik, perlu segera dicoba. Semua itu dapat dilakukan oleh Desa Wisata yang ada di Badung Utara, sebagai bentuk optimalisasi potensi alam dan ekonomi yang dimiliki.* (01-Ramia)
