Opini

MEMBAYANGKAN CALON KEPALA DAERAH BERTAUBAT

Di negeri ini, pasca reformasi 1998 setiap pemilu baik itu pemilu legislatif, pemilihan kepala daerah, maupun pemilihan presiden, masyarakat di hadapkan pada berbagai atraksi para elit politik. Kran demokrasi yang terbuka lebar membuat orang aktif berkecimpung di dunia politik, mulai dari kalangan profesional, akademisi, aktivis pemuda dan mahasiswa, pengusaha hingga mantan tentara atau polisi.
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah dari sekian banyak daerah yang akan melaksanakan Pilkada serentak di tanah air pada Februari 2017 mendatang. Pilkada Gorontalo baik pemilihan Gubernur/wakil Gubernur maupun pemilihan Bupati/wakil bupati memang bisa di bilang masih jauh, tetapi euforia politik menjelang momentum pesta demokrasi ini sudah mulai terasa. berbagai pukulan untuk menjatuhkan calon lain sudah terlihat, mulai dari gugatan terhadap persyaratan calon KADA yang berstatus  sebagai terpidana, legalitas ijazah calon KADA sering di pertanyakan, bahkan membawa isu Gorontalo tidak cocok di pimpin oleh perempuan.
Inilah berbagai atraksi yang di pertontonkan oleh para elit politik di bumi serambi madinah (Hulondalo) dalam mengahadapi pilkada tahun mendatang. Dalam konteks ini mungkin  ada benarnya yang dikatakan thomas hobbes “ homo homini lupus “ (manusia adalah serigala bagi manusia lain) siapa pun bisa menjadi musuh. Manusia yang satu bisa memakan dan mengorbankan manusia lain demi tujuan yang ingin di capai.
Apa jadinya nanti jika kepala daerah kita berperilaku seperti serigala. Itu berarti kita akan hidup di Daerah yang penuh dengan serigala. Serigala yang duduk mengemudi mobil dinas, serigala yang duduk di kursi kantor, dan serigala yang turun dari kota sampai pelosok desa. Miris dan menakutkan jika daerah kita sudah seperti itu. Hendaknya para calon KADA dan juga simpatisannya tidak menunjukan aksi-aksi yang dapat menciderai nilai-nilai demokrasi yang kita sedang jalani saat ini.
Kita ketahui bersama bahwa Gorontalo yang dalam tatanan kehidupan sosial-budayanya senantiasa mengedepankan nilai-nilai keislaman, tentu masyarakat tidak ingin bila Tauwa  (istilah adat pemimpin Gorontalo) nanti hanya mengedepankan egosentris dalam  menjalankan kepemimpinanya.
Bila para calon kepala daerah ini berangkat dengan niat, keyakinan, pemahaman dan kesadaran eksistensial bahwa memimpin itu adalah amanat rakyat dan titipan tuhan, pasti kita tidak di perhadapakan pada konflik kepentingan dan ego sektoral para kandidat calon kepala daerah seperti yang kita rasakan saat ini. Dan perkataan thomas hobbes “ homo homini lupus “ akan di gantikan dengan kata “ homo homini angelus ” artinya manusia sebagai malaikat bagi sesamanya. Karena kita tahu malaikat selalu sempurna di mata Allah SWT alias senantiasa menjalankan perintah ALLAH dan takut membangkang pada apa yang diperintahkannya. Dapat dipastikan jadinya jika para calon kepala daerah Gorontalo bertaubat dan menjadikan kontestasi politik Gorontalo menjadi sejuk dan damai, maka regenerasi kepemimpinan daerah Gorontalo akan lebih baik dimasa yang akan datang.
Ditulis oleh :
Abdul Rajak Babuntai
(Ketua Senat Mahasiswa  F.MIPA UNG)
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

The Latest News

To Top