MCB.Com (Gorontalo) – Masyarakat Gorontalo lebih mengenal beberapa tokoh yang lebih familiar di telinga, antara lain: Presiden RI ke-3—B.J. Habibie, Bapak Geologi Indonesia—John Ario Katili, Paus Sastra Indonesia—H. B. Jassin, Bapak Industri Elektronik Indonesia—Thayeb Mohamad Gobel, Pakar Bahasa Indonesia—J.S. Badudu, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI ke-9—Adhyaksa Dault, Menteri Kelautan dan Perikanan ke-4—Fadel Muhammad Alhaddar, Walikota Makassar ke-27—Mohammad Ramdhan Pomanto, dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara pertama—Udin Hianggio.
Namun salah satu tokoh ini kurang disebut-sebut. Ia adalah orang Tionghoa yang lahir di Gorontalo pada tanggal 20 Juni 1910. Namanya, Ong Eng Die atau akrab dipanggil Weng Yongli. Seperti dilansir www.kemenkeu.go.id, Ong Eng Die diangkat menjadi Menteri Keuangan RI semasa Orde Lama pada tanggal 27 April 1951 sampai 3 April 1952—Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
Di tahun 1940, ia meraih gelar Master di Fakultas Ekonomi Amsterdam University. Kemudian pada tahun 1943, ia melanjutkan studinya dan memperoleh gelar Doktor Ph.D. Pada tahun 1945. Ia kembali ke Indonesia dan bekerja di Bank Pusat Indonesia di Yogyakarta.
Perjalanan karir di Kementerian Keuangan dirintisnya sejak ditunjuk menjadi Menteri Muda Keuangan bersama Menteri Keuangan A.A Maramis pada masa kabinet Amir Sjarifuddin I. Ong Eng Die adalah salah satu penasehat ekonomi delegasi Indonesia pada saat perundingan Renville.
Saat bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I, Ong Eng Die ditunjuk sebagai Menteri Keuangan. Walau telah menjabat sebagai Menteri Keuangan, kebijakan ekonomi nasional lebih banyak didominasi oleh Soemitro, Sjafruddin Prawiranegara, Hatta, dan Djuanda Kartawidjaja.
Hal ini dikarenakan kebijakannya difokuskan berdasarkan kepentingan politik Partai Nasional Indonesia (PNI) dalam menghadapi pemilu 1955. Ong Eng Die sendiri lebih tertarik menggunakan sistem lisensi impor untuk membeli dukungan politik bersama Iskaq (Menteri Urusan Ekonomi).
Kebijakan yang diambil Ong Eng Die sebagai Menteri Keuangan sekaligus menjabat Gubernur Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pembangunan adalah untuk menyokong dana partai PNI. Semua dana kementerian diperintahkan untuk disimpan di Bank Umum Nasional dan merombak personalia dana administrasi kementerian, terutama yang berhubungan dengan perdagangan dan perindustrian.
Selain Ong Eng Die menjadi salah satu menteri Tionghoa dari tujuh menteri dimasa Sukarno, ada Siauw Giok Tjhan, Tan Po Goan, Lie Kiat Teng (Muhammad Ali) , Tan Kim Liong (Haji Mohammad Hassan) ,Oei Tjoe Tat, dan David Cheng.***
