MCB.Com (Gorontalo) – Gedung itu berdiri tegak nan indah. Sebuah bangunan bergaya milenium—menonjolkan warna-warni silver yang mengundang daya tarik dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Gorontalo. Itulah Gorontalo Mall di bawah naungan PT. Primerindo Kencana.
Namun sejak tanggal 5 Juni 2017, Gorontalo Mall telah diakuisisi oleh PT. Nirvana Wastu Pratama dan beralih nama City Mall Gorontalo. Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan dan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang Indonesia pada masyarakat ekonomi kelas menengah.
Lantas, bagaimana kesempatan bagi pengusaha lokal? Teges Prita Soraya—Associate Direcktor PT. Nirvana Wastu Pratama menguraikan, pengusaha lokal diberi kemudahan. Misalnya, dalam satu toko ada beberapa lapak. Dekorasi dan semua perlengkapan yang dipakai oleh pengusaha lokal disediakan.
Teges Prita Soraya—Associate Direcktor PT. Nirvana Wastu Pratama memberikan penjelasan kepada awak media
Menurut Teges Prita, pengusaha lokal tinggal memasarkan hasil produknya dan menempati yang sudah didekor sesuai dengan tema atau jualan yang dipasarkan. Satu toko bisa menampung 10 lapak.
Pihak perusahaan juga kata Teges Prita, akan mengajarkan bagaimana menjual dan memindah barang sesuai dengan peruntukannya, sehingga menjadi lebih menarik. Intinya, melihat barang atau apa yang dijual, bukan melihat kekuatan financial.
“Konsepnya lebih ke café. Ada daya tarik yang membuat orang masuk ke dalam toko,” jelas Teges Prita di hadapan awak media.
Disamping itu kata Teges Prota, untuk pengusaha nasional, mereka lebih memilih dengan siapa mereka/ toko mereka bersebelahan. Perlunya untuk mengetahui dan mengenal jenis jualan yang akan dipasarkan. Apa produknya? Karena dengan demikian akan berpengaruh pada penempatan ruang.
Teges Prita mencontohkan, jika counter pertama distro, maka counter yang di sebelahnya sebaiknya bukan penjual hijab, melainkan toko sepatu anak muda. Itu lebih pas dalam penempatan ruang, sehingga retail mixingnya di dalam satu areal itu benar.
Management PT. Nirvana Wastu Pratama bersama para wartawan di Gorontalo.
“Kami tidak memilih orang itu siapa atau kekuatan finacialnya berapa ? Kami memilih dia bawa barang apa,” terang Teges Prita.
Bagaimana dengan harga perpetaknya? Jawab Teges Prita, harga perpetak/counter, relatif. Harga sewaan mulai dari 3,5 juta setiap bulan.
Teges Prita menjelaskan, berbeda dengan pengusaha nasional, karena mereka tawar menawarnya di pusat. Pengusaha nasional akan menyewa satu toko/petak. Pengusaha nasional akan membayar pertahun dan pembayarannya di muka, dengan uang jaminan.* (01/02)
