Dokter yang satu ini memang cukup terkenal. Banyak kenangan indah yang patut diguguhi oleh para dokter sekarang. Ia sangat baik. Biayanya paling murah. Pasiennya paling banyak—antrian lagi. MCB.Com mengutip catatan Nanang Masaudi yang diposting di facebook tentang Almarhum dr. Rahman Pakaya. Berikut petikannya secara utuh:
Tidak terhitung lagi berapa kali saya pernah berobat pada beliau (Almarhum dr. Rahman Pakaya). Sejak masih kecil sampai sudah memiliki anak, beliau tetap mejadi andalan ibu saya dan saya sendiri—termasuk untuk anak-anak saya.
Dokter paling murah sejagad, itulah barangkali salah satu alasan kenapa ibu saya yang hanya seorang pedagang mainan anak pada waktu itu gemar membawa anak-anaknya yang sakit ke dr. Rahman (1980-1990-an).
Tarifnya pada saat itu menurut orang-orang kira-kira antara Rp5000-Rp10000. Beliau itu dokter ‘pribadinya’ para rakyat jelata. Itu kesaksian saya. Hal lainnya yang tidak bisa saya lupakan dari beliau adalah sekitar tahun 2006. Pagi dihari lebaran dalam keadaan sakit, saya diantarkan adik saya ke rumah dr. Rahman.
Nanang Masaudi
Saya sempat pesimis tidak akan mendapatkan pelayanan dihari libur seperti itu. Tapi dia tetap mau melayani. Mungkin karena melihat kondisi saya yang memang tampak sakit dan berwajah pucat. Alhamdulillaah suntikannya manjur.
Sering sekali dia bertanya, “Bapak kerja dimana?” Saya mengerti pertanyaan itu. Barangkali penampilan saya seperti orang susah? Beberapa kali juga saya sering mendapat potongan harga sampai hanya membayar 20 ribu saja, bahkan sempat hanya menebus obat saja.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan wahai dokter rakyat. Semoga kesaksian saya dan orang-orang yang pernah menerima jasamu menjadi syafaat di akhirat kelak.
Hadits:
Dari Anas ra. berkata, “Pada suatu ketika ada jenazah lewat, kemudian para sahabat memuji atas kebaikan jenazah itu, kemudian Nabi saw. bersabda: “Wajib baginya”. Kemudian pada saat yang lain ada jenazah lewat, kemudian para sahabat menceritakan kejelekan jenazah itu, kemudian Nabi SAW bersabda: “Wajib baginya”. Lantas Umar bin Khattab bertanya: “Apakah yang yang wajib baginya itu?” Beliau menjawab: “Terhadap orang yang kamu puji kebaikannya, maka wajib baginya syurga, dan terhadap orang yang kamu katakan jahat, maka wajib baginya neraka. Kamu sekalian adalah merupakan saksi Allah yang ada di muka bumi ini”. (HR. BUkhari Muslim).