MCB.Com (Kota Gorontalo) – Sulit memang mendapatkan pemimpin ideal seperti yang diharapkan rakyat. Pemimpin harus lapang dada menerima berbagai kritikan yang didasarkan pada fakta di lapangan atau kritikan yang datang dari lawan politik. Kritikan yang didasarkan pada fakta dan data adalah kritikan obyektif yang bersifat membangun, sedangkan subyektifitas kritikan hanya datang dari orang-orang pembenci.
Disitulah kedewasaan seorang pemimpin yang mampu mencerna kritikan dengan meletakkan berbagai persoalan secara bijak dan terukur untuk dijadikan landasan berpijak dalam mengambil langkah-langkah kongkrit. Kritikan bagi pemimpin ideal merupakan vitamin penyemangat menentukan arah kebijakan bagi kepentingan rakyat.
Untaian kalimat di atas adalah diskusi kecil antara MCB.Com bersama Juru Bicara Walikota Gorontalo—Yudin Laliyo di Warung Kopi baru-baru ini. Bagi dia, Marten Taha tak pernah alergi mendengar kritikan yang datang dari berbagai penjuru mata angin. Semua didengarnya, walau harus diakui ada juga yang asal bunyi alias ngawur.
Bagi Marten, kritikan justru akan membuka hutan belantara dan menerangi kegelapan menuju jalan harapan rakyat. “Bayangkan, selama dua tahun Pak Marten memimpin Kota Gorontalo, tak pernah terdengar kritikan. Pak Marten seakan rindu mendengar kritikan, sebab dengan demikian rakyat sama-sama mencintai Kota Gorontalo,” urai Yudin.
Meski Yudin Laliyo sebagai Juru Bicara Walikota, tak sembarangan memberikan pernyataan atau mengklarifikasi sebuah persoalan yang hanya berujung pada konflik. Walikota berpesan agar lebih banyak mendengar masukan masyarakat dan fokus pada pekerjaan yang telah diprogramkan untuk kemaslahatan rakyat.
Kadang juga Yudin bersama-teman-teman pengurus Partai Golkar lainnya gerah mendengar suara-suara sumbang yang diarahkan kepada Marten Taha. Apalagi jika tudingan yang dilontarkan itu tidak mendasar—hanya berdasarkan asumsi. Lagi-lagi Marten Taha berpesan agar tetap sabar dan tidak emosi menghadapi dinamika politik saat ini. “Yach…, mau apa lagi jika sudah dipesan seperti itu. Terpaksa kami turuti perintah beliau,” ungkap Yudin.
Marten Taha lebih banyak bekerja dan berkunjung ke masyarakat ketimbang mendengar suara-suara yang hanya menghalangi programnya membenahi Kota Gorontalo. Ia hanya ingin mendengar langsung aspirasi rakyat. Marten tetap melangkah dengan senyuman walau harus menyusuri ‘jalan berduri dan berliku’ demi kepentingan rakyat.
Marten bukan bukan manusia sempurna, Marten pasti memiliki kekurangan, sebab itu sangat manusiawi. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, ia mampu mengukir prestasi yang dibuktikan sederet penghargaan yang diraihnya. “Itu fakta yang tidak bisa dibantah oleh siapapun, terkecuali oleh orang-orang pembenci ,” tandas Yudin. * (01/02)
