MCB.Com (Warung Kopi) – Fenomena Marten Taha dan Budi Doku sedang naik bentor bersama, mengundang berbagai asumsi, analisis, dan kalkulasi politik. Meski keduanya telah dinyatakan ‘cerai’, namun masih mampu mempertontonkan politik santun di hadapan publik.
Kontan saja masyarakat yang menyaksikan peristiwa menarik tersebut hanya bisa berharap agar keduanya akur kembali untuk maju bersama pada periode kali kedua. Sayangnya, keduanya telah mengambil jalan masing-masing. Marten Taha telah memilih Ryan Kono sebagai pasangannya, sedangkan Budi Doku memilih berpasangan dengan Adhan Dambea.
“Alangkah indahnya jika keduanya berpasangan kembali. Dengan tidak mendahului keputusan Allah, sudah dapat dipastikan keduanya akan menang dengan mulus—siapapun rivalnya,” ungkap Ramon Igirisa cukup yakin ketika melihat foto keduanya yang beredar di media sosial.
Peristiwa Marten Taha dan Budi Doku naik bentor bersama ternyata menjadi obrolan hangat di warung kopi. Pro dan kontrapun mengalir begitu saja, sehingga menarik untuk diulas. Nah, MCB.Com berusaha mengambil rangkuman dan intisari dari hasil obrolan tersebut.
Walikota Marten Taha dan Charles Budi Doku.
Di politik tidak ada yang tidak mungkin jika terjadi keniscayaan perubahan. Hitungan politik sangat berbeda dengan hitung-hitungan matematika yang semuanya serba pasti. Pengamat politikpun kadang dibuat terkecoh oleh para pelakon dan sutradara politik.
Boleh jadi, seiring berjalannya waktu akan terjadi manuver-manuver politik yang tidak bisa diperkirakan. Banyak pengalaman dan contoh perubahan dalam politik terjadi seperti itu. Rakyat dibuat tercengang dan bingung melihat perubahan-perubahan dalam hitungan menit.
Perubahan politik hanya bisa berubah jika terjadi konflik kepentingan dan perbedaan dalam gagasan, sebab perubahan itu sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan moral. Pasangan calon tidak akan berubah jika telah mendaftar dan ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sangat ekstrim ungkapan pengandaian terucap dari penghuni warung kopi yang menyebutkan, Marten Taha akan tetap memenangkan pertarungan pada pemilihan walikota mendatang—siapapun pasangannya. Pasalnya, sosok Marten Taha masih dianggap memenuhi harapan sebagian besar masyarakat Kota Gorontalo.
Namun ada juga yang berasumsi, Marten Taha akan lebih kuat lagi jika berpasangan dengan Fedriyanto Konio. Selain dapat menyatukan perpecahan di tubuh Partai Golkar, Fedriyanto juga dianggap telah dewasa dalam berpolitik dan mampu memberikan ide-ide cemerlang dalam menata Kota Gorontalo kearah yang lebih baik.
Lantas, apakah partai besar atau partai penguasa akan berpengaruh pada pemenangan dalam pertarungan? Tentu jawabannya, tidak ada yang bisa memberikan jaminan. Apalagi partai besar tersebut hanya terbuai dengan romantisme kebesarannya dan tidak didukung oleh calon yang berkualitas.
Para pemilih menitipkan harapannya kepada calon yang dipercaya—bukan semata-mata kepada partai yang mengusungnya. Masyarakat pemilih lebih menitikberatkan pada sosok dan perilaku calon itu sendiri.
Walau demikian, semua sebatas asumsi dan prediksi. Tak ada yang bisa memastikan, sebab politik akan berubah oleh ruang dan waktu. Manusia hanya mampu melakukan langkah-langkah ikhtiar. Hanya Allah SWT yang dapat menentukan segala sesuatunya.***
