Setiap muslim meyakini bahwa Allah sebagai Tuhannya yang tidak ada Tuhan selain Allah, akan tetapi banyak pula yang mengakui Tuhannya adalah Allah sedangkan pada kenyataannya tidak mengenal akan Allah. Sehingga di dalam amal ibadahnya menuju kepada Allah tetapi sebenarnya tidak menuju kepada Allah.
Seperti contoh, jika kita mau menyadarinya! Perihal, shalat saja, itupun masih banyak yang bingung dan tidak sedikit yang masih di dalam sangka-sangka tentang Allah. Menuju kepada Allah tetapi hatinya ngambang di dalam menghadap kepada Allah, walaupun dalam ucapannya telah dikatakannya : Ya Allah…, sesungguhnya aku hadapkan wajahku ke hadapan wajah Engkau! Tetapi mana buktinya…? Dusta semua perkataan itu jika belum mengenal akan Allah. Jika demikian, berarti banyak yang mendustai Allah dalam amal ibadah….? Ya, renungkanlah…!
Ada yang hanya menyangka-nyangka bahwa Allah itu sangat dekat sekali tetapi ia sendiri belum lah mengetahuinya. Apakah ini bukan yang di katakana ber-Tuhan-kan bayangan?
Ada pula yang mendapatkan suatu penghabaran tentang Allah itu bersemayam di atas Arsy’, tetapi ia sendiri belumlah mengetahuinya, apakah Arsy’ itu dan dimana Arsy’ itu, bukankah Allah tidak bertempat? Apakah ini bukan yang dikatakan ber-Tuhan-kan bayangan?
Lebih dahsyat lagi mengatakan bahwa Allah berada di dalam diri orang-orang tertentu..! inipun jika mereka menyadarinya maka sesungguhnya ia pun telah ber-Tuhan-kan bayangan.
Bukankah Allah telah menegaskan dengan Firmannya yang sangat nyata sekali, bahwa :
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
(QS, Al-Baqarah:115).
“Semuanya itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang mana lagikah yang kamu dustakan?”.
(QS, Ar-Rahman:26-28)
Salahkah mereka yang beribadah untuk menuju kepada Tuhannya tetapi tidak mengetahui dan tidak mengenal kepada Allah? Tidak!, mereka tidak salah…! Akan tetapi sangat-sangat bodohlah mereka, kenapa mereka tidak menuntut Ilmu untuk bisa mengetahui dan mengenal akan Allah.
Karena kebodohannya itulah mereka selalu menurutkan hawa nafsunya dan selalu membenarkan prasangkanya yang ia sendiri belum mengetahui kebenaran sesungguhnya di balik apa-apa yang ia prasangkakan itu. Dan karena itulah yang menyebabkan dosa bagi dirinya.
Sehingga pada kebenaranya, Allah sekali-kali tidak ingin menyiksa hambanya karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, akan tetapi karena diri mereka sendirilah yang tidak mengerti dan tidak mengetahui karena tidak mencari tahu maka mereka menjadi tersiksa.
Tersiksa oleh tekanan-tekanan batin, tersiksa oleh prasangka-prasangka, tersiksa oleh bayangan lamunan, tersiksa oleh perasaan di dirinya. Itu semua menunjukkan bahwa mereka itu telah jauh dari pada Tuhannya karena mengenal Allah hanya sebatas bayangan yang menurutnya itu sudah benar adanya.
Jika ingin mengetahui bahwa dirinya telah dekat dengan Allah yang sebenarnya, maka diantara tanda-tandanya adalah :
- Ia tidak bangga apabila menerima pujian-pujian.
- Ia tidak takut dan berkecil hati jika dicaci dan dicela.
- Hatinya selalu dalam ketenangan beserta Allah walau apapun duka cita dan persoalan datang pada dirinya.
- Akhlaknya akan berubah menjadi akhlak yang terpuji.
- Hatinya akan diliputi oleh cinta kasih Allah dan teraplikasi cinta kasih itu kepada siapa saja.
- Tidak berprasangka buruk atas tiap-tiap sesuatu, karena ia melihat Allah dibalik sesuatu itu.
- Jika berprasangka buruk, maka sama halnya ia berprasangka buruk kepada Allah.
- Senantiasa berprasangka baik terhadap sesuatu, karena dibalik itu Allah menyampaikan Ilmu yang tersirat bagi yang memikirkannya.
Semoga Allah memudahkan bagi kita semuanya untuk lebih mengenal akan diri-Nya, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, Esa dengan sendirinya dan Laisa Kamitslihi Syai’un (Tidak bisa dipermisalkan dan disamakan dengan sesuatu apapun).
Aamiin… Ya… Robbal ‘Aalimiin. [Sumber: pengembarajiwa.wordpress.com]