MCB.Com (Gorontalo) – Tepat 17 Februari 2019, Prof. Nelson Pomalingo telah memimpin Kabupaten Gorontalo selama tiga tahun. Meski telah banyak prestasi, dedikasi dan berbagai program dan kebijakan progresif yang dipersembahkan untuk masyarakat Kabupaten Gorontalo, namun satu hal yang menjadi pesan penting sebagai cita-cita luhur mopo’olayi’a lipu dianggap Nelson belum tuntas.
Deklarator pembentukan Provinsi Gorontalo ini menguraikan, harapan 400 ribu lebih masyarakat Kabupaten Gorontalo membutuhkan semangat, tekad, komitmen dan dedikasi yang tinggi dari seluruh elemen, khususnya aparatur pemerintahan sebagai ujung tombak pembangunan.
Apresiasi, penghargaan, dan acungan jempol terhadap kinerja pemerintah yang dipimpinnya dewasa ini, senantiasa dijadikan pesan untuk tetap mawas diri. Nelson minta, aparatur pemerintah jangan terlena dengan berbagai apresiasi, pujian, maupun sanjungan. Kedepan, masih banyak tantangan, harapan dan cita-cita masyarakat yang harus ditunaikan dengan penuh kesungguhan.
Nelson mengibaratkan, seperti kapal yang tengah mengarungi samudera. “Jangan tersanjung dan terlena, karena kapal masih tengah mengarungi samudera yang luas. Tersanjunglah ketika kapal telah tiba dengan selamat di dermaga,” ungkapnya.
Dikatakan, rentang waktu 2 tahun adalah waktu yang singkat mengarungi samudra menuju dermaga untuk mengantarkan seluruh muatan amunisi yang menjadi aspirasi, cita-cita dan harapan masyarakat. Sanjungan, apresiasi dan pujian layak diterima dengan rasa syukur ketika sudah sampai pada tujuan.
Dengan demikian, kapal akan tetap kokoh untuk kembali berlayar pada etape berikutnya, siap mengibarkan bendera kejayaan, menghimpun kekuatan mengarungi kedalaman samudera yang luas guna mendulang kembali “mutiara demi mutiara” yang siap dipersembahkan kepada negeri leluhur Gorontalo.
Paparan terhadap realitas keberhasilan pemerintahan Nelson Pomalingo yang terus menghiasi media massa, semata-mata bukan untuk sebuah pencitraan. Apalagi ingin dipuji dan disanjung, melainkan merupakan bagian dari upaya memberikan pencerahan kepada masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pemerintahan.
Menurut Nelson, masyarakat memiliki referensi yang jelas dalam menilai dan mengevaluasi kinerja pemerintahan. Di alam demokrasi, rakyat berhak menilai dan mengevalusi kinerja pemerintahan. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah proaktif menyelenggarakan pemerintahan yang terbuka, transparan dan tampil elegan tanpa sekat dengan kelompok masyarakat manapun.
Target lainnya adalah, untuk menggugah peran dan partisipasi seluruh elemen dalam membangun, sebagaimana tagline pemerintah Kabupaten Gorontalo, “Dulo Ito Mopolayi’a Lipu”.
Menarik dari kepemimpinan Nelson selama ini dalah konsep dan gaya kepemimpinanya yang mampu menjaga ruh kesejatian seorang pemimpin. Leadership spirit senantiasa memancarkan keteladanan, menginspirasi dan mengayomi.
Sejak menjadi bupati pada 2016, Nelson mampu menyatukan dua dimensi kearifan kepemimpinan, yakni, “Pemimpin yang pendidik dan pendidik yang pemimpin. Pemimpin model seperti ini menjadi sosok yang membimbing dalam teladan.
Ia tidak hanya menghadirkan kebijakan, merealisasikan program pembangunan, tapi lebih dari itu. Dalam proses kepemimpinannya, terdapat unsur pembelajaran yang terus menghadirkan ide dan gagasan baru yang mencerahkan—menjadikan orang-orang di sekitarnya tidak hanya menjadi pekerja semata, tapi juga menjadi pemikir yang kreatif, memiliki idealisme, memiliki naluri kemanusiaan dan senantiasa bergerak dengan efisien dalam semua lini pembangunan.
Hal ini dapat dilihat dari gagasan Nelson yang mencanangkan “Ten Go Gesit” untuk merangsang gairah aparaturnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maupun saat mencanangkan ASN HEBAT (Humanis, Empati, Berdedikasi, Antisipatif dan Tuntas).
Tidak heran jika dalam kepemimpinannya selama ini, Nelson mampu menghadirkan 2 arah kebijakan, yakni berupaya mengatasi kondisi ekstrem di masyarakat dan menata masa depan. Kedua instrumen pembangunan itu tergambar secara gamblang dalam proses kepemimpinan dan Nelson dalam 3 tahun terakhir ini.
Dalam mengatasi kondisi ekstrem masyarakat, terdapat faktor yang menjadi kunci keberhasilan Nelson, yakni, terdapat nilai-nilai ideal yang mengandung pengajaran. Keberpihakan terhadap masyarakat miskin, penanganan bencana, dan sebagainya bukan semata-mata dipandang sebagai sebuah kewajiban pemerintah dan menjadi bagian untuk mendulang pujian dan menuai citra.
Namun, ada yang lebih utama dan penting dari semua itu, yakni demi kemanusiaan, demi sesama dan ada pesan spiritual yang penting untuk disemaikan. Hal itu diharapkan menjadi pendobrak semangat ASN untuk bekerja dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Aspek ini dapat dimaknai, Nelson hendak menghadirkan kesadaran kolektif dalam proses pembangunan. Bukan zamannya lagi aparatur memiliki perspektif dan memandang tugas-tugasnya sebagai sebuah rutinitas pemerintahan semata. Sudah saatnya membangun dan membentuk mindset yang lebih konstruktif, sehingga keberadaan aparatur menjadi lebih bermakna di mata masyarakat dan dihadapan sang Khalik.
Untuk membumikan hal itu agar lebih meluas lagi ke dalam tataran masyarakat, maka di mana-mana, Nelson menggaungkan semangat pembangunan dengan 3 pilar mewujudkan peradaban Gorontalo, yakni; Agama, Budaya dan Pendidikan.
Kesemuanya itu tidak hanya dimaifestasikan melalui pembangunan yang berbentuk simbol semata, tapi ada upaya dari sang bupati, agar pilar-pilar tersebut merasuk ke dalam sanubari aparatur dan elemen masyarakat secara utuh dan komprehensif.
Itulah sebabnya, selain menghadirkan Taman Budaya Limboto yang menyatu dengan Masjid Baiturahman dan Bandtayo Poboide dalam satu komleks dengan Kantor Bupati, juga Bupati Nelson mewajibkan aparaturnya untuk memperdalam agama dan belajar mengaji. Misalnya dan menggalakkan Taman Pengajian Al-Qur’an hingga ke desa-desa, termasuk semarak kegiatan keagamaan yang berlangsung secara merata di seluruh Kabupaten Gorontalo.
Terkait keberadaan Taman Budaya Limboto, ke depan ikon baru Kota Limboto ini akan dilengkapi dengan perpustakaan yang dijdikan pusat literasi atau menjadi Pusat Informasi Gorontalo dengan menghadirkan event-even kebudayaan dan nuansa kegamaan serta kegiatan kebudayaan yang terintegrasi.
Dengan demikian, Taman Budaya Limboto menjadi model pengembangan daerah sebagai “Madinatul Ilmi”. Demikian pula dengan upaya Nelson membangun Pusat Konservasi Budaya di Talumelito, menggelar Festival Pesona Danau Limboto, dan masih banyak agenda lainnya yang merupakan bagian dari terobosan mewujudkan Kabu[aten Gorontalo yang maju dan gemilang, menjadi kuat karena ditopang oleh 3 pilar.
Di bidang pendidikan, pemerintahan Nelson tidak hanya berkutat pada beasiswa semata, menangani penyelesaikan masalah, APK-APM, Wajib Belajar 9 tahun dan lain sebagainya, yang selama ini cenderung menyita energi pemerintah. Gagasan Nelson jauh lebih visioner. Salah satunya, mencanangkan Limboto sebagai Kota Satelit Pendidikan yang dipusatkan di Bongohulawa dan sekitarnya.
Kata lain, Nelson tengah mengukir sejarah baru bagi masa depan Gorontalo dengan mengemas kawasan Bongohulawa dan sekitarnya menjadi ikon baru bagi daerah ini yang siap dikembangkan menjadi “Jatinangornya Gorontalo”.
Untuk itu, Bupati Prof. Nelson siap mendukung, mensuport keberadaan Kampus Universitas Nahdatul Ulama (UNU), Kampus IAIN, Kampus Politekes dan Gedung LPP Dikti. Ke depan, Pemerintah Kabupaten Gorontalo membuka diri bagi perguruan tinggi lainnya untuk mendirikan kampusnya di kawasan ini.
Tidak berhenti sampai disitu saja, untuk mengukuhkan 3 pilar membangun peradaban Gorontalo, sejak 2017, pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mencanangkan Bongohulawa sebagai Laboratorium Alam atau Science Techno Park untuk mendukung para peneliti melakukan riset untuk temuan-temuan mutakhir dibidang rekayasa dan keilmuan guna pengembangan potensi yang ada di Gorontalo.
Salah satu yang sudah berjalan, menjadi laboratorium pengembangan Integrated Farming System (IFS) yang sangat prospektif bagi pengembangan potensi pertanian terpadu yang berbasis industri yang dapat melibatkan masyarakat luas.
Di kawasan ini juga, pemerintah Kabupaten Gorontalo berencana membangun arena road race bagi generasi muda untuk mengembangkan minat dan bakatnya dibidang otomotif. Dengan hadirnya arena road race di kawasan ini, maka event-event yang bertaraf lokal, regional dan nasional akan terpusat di kawasan ini. Tidak lagi digelar di jalan-jalan umum yang terkadang dikeluhkan oleh masyarakat. Demikian juga, balapan liar yang sering mengganggu masyarakat di jalan-jalan umum selama ini, tidak akan terjadi lagi karena pemerintah daerah sudah menyediakan lokasi khusus untuk arena olahraga otomotif bagi generasi muda.
Selain itu, pemerintah Kabupaten Gorontalo juga berencana akan merelokasi rumah sakit ke kawasan ini, mengingat lokasinya yang cukup strategis, berada di ketinggian yang masih berhawa sejuk yang ditunjang oleh kondisi alam sekitar yang cukup menunjang untuk keberadaan sebuah institusi pelayanan kesehatan.
Di lokasi ini juga pada penghujung tahun 2017, hampir 200 orang bupati dan pemimpin daerah di Indonesia telah menginjakkan kaki di kawasan ini saat menghadiri pencanangan mengembalikan kejayaan kelapa di Indonesia. Nah, Nelson didaulat menjadi Ketua Koalisi Pemerintah Penghasil Kelapa di Indonesia. (01/Olu/Humas)
