MCB.Com ( Jakarta ) Penasehat Suksma Bali yang juga ketua BPC PHRI Badung dan Ketua BPPD Badung I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, SE., MBA, menegaskan kegiatan Suksma Bali akan dapat menguatkan positioning Pariwisata Bali sebagai andalan Indonesia di kancah internasional. Beliau menyampaikan bahwa strategi pemasaran secara konvensional sudah terus dilakukan dan akan semakin ditingkatkan pola nya menyesuaikan trend terbarukan. Rai Suryawijaya menambahkan “Suksma Bali ini bisa sebagai media soft marketing effort yang power nya lebih dahsyat daripada menawarkan harga-harga murah ke marketplace, pshyco-driven nya akan membius customer untuk lebih respect dan loyal pada Bali sebagai destinasi. Jujur kita tidak berniat untuk mengeksploitasi Suksma Bali hanya sebagai media promosi, tidak sama sekali. Tetapi secara eksplisit, aksi nyata sosial penghargaan pada alam lingkungan dan kemasyarakatan ini merupakan positive exposure yang akan mengangkat citra Bali semakin tinggi”.
Ramia Adnyana, SE., MM., CHA menambahkan bahwa IHGMA DPD Bali akan melakukan deklarasi “ Say No To Plastic” tepat pada acara Symposium Suksma Bali, terutama pada berbahan plastik yang digunakan sekali pakai, sebagai wujud nyata dalam menjaga bali dari sampah plastik, serta mendukung program Gubernur dalam memerangi sampah plastik dan ini merupakan bentuk sikap nyata kami selaku GM di Bali dalam merefleksikan rasa terima kasih untuk Bali tercinta dan sekaligus menjaga eksistensi Bali yang berbudaya, berkualitas dan berkelanjutan. Acara deklarasi “ Say No To Plastic” merupakan bentuk komitment yang berkelanjutan dari acara World Clean Up Day, ungkap Ketua Bidang CSR Suksma Bali, I Gusti Ngurah Darma Suyasa, CHA yang telah sukses dilaksanakan bulan September lalu dengan melibatkan 27.000 peserta di 29 titik lokasi diseluruh Bali. Spirit Suksma Bali menjadi bagian reformasi dari Pariwisata dalam memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan termasuk pelanggan dengan tidak mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang.
Banyak hal yang dibahas dalam pertemuan cukup lama tersebut, diantaranya pemikiran tentang mewujudkan suatu tatanan perekonomian berbasis kerakyatan yang manfaatnya tersalurkan untuk pelestarian budaya, lingkungan, pantai dan sebagainya. Ari Dwipayana mengusulkan agar orang lokal dan praktisi industri jangan hanya sekedar menjadi stakeholder namun mulai berpikir strategis sebagai shareholders. Ditambahkan pula oleh Rai Suryawijaya bahwa masyarakat Bali harus lebih berperan aktif dengan ide kreatif dan membangun menuju peradaban maju dan tidak sebagai penonton saja.(01-mcb).
