MCB.COM (Gorontalo) – Banyak yang berpendapat bahwa politik identik dengan janji-janji dan pemberian harapan. Tak heran rakyat menuntut kembali atas janji politik yang pernah disampaikan disaat kampanye. Akibatnya, menjadi bumerang bagi pasangan calon jika bertarung kembali, seperti pasangan Rusli Habibie dan Idris Rahim (NKRI)—calon incumbent.
Amrain Tahir, yang mengaku dari Komunitas Penggerak Cinta Idris (KOMPAK Cinta Idris) mengaku kewalahan menangkis dan menjawab berbagai opini yang dilontarkan lawan politik NKRI. Janji-janji politik Rusli Habibie (RH) yang pernah disampaikan pada kampanye beberapa tahun lalu diungkit kembali, atau bahasa kerennya, “janji politik NKRI digugat.”
Menurut Amrain, inilah yang harus diperbaiki untuk memulihkan kembali kepercayaan rakyat kepada NKRI. Amrain memberi contoh, ketika NKRI berkampanye di Limboto—samping kantor DPRD Kabupaten Gorontalo, RH berjanji, jika terpilih sebagai Gubernur, akan memberikan makan kepada anak yatim piatu setiap hari Jum’at di rumah dinas.
Bahkan kata Amrain, kala itu masa sampai berjingkrak-jingkrak sambil berteriak mendengar kampanye RH dengan gaya khasnya membakar masa. “Nah, apakah janji politik itu pernah dilakukan Pak Rusli? Wallahu A’lam Bishawab,” ungkapnya kepada MCB.COM
Bukan hanya itu kata Amrain, masih banyak lagi hal yang digugat dan dipertanyakan masyarakat atas janji politik RH. Bagaimana dengan pendidikan gratis? Bagaimana dengan kesehatan gratis? Bagaimana dengan PLN yang lampunya sering mati? Semua itu harus dijawab secara logis dan komprehensif oleh pasangan NKRI.
Oleh sebab itu Amrain berharap, metodologi kampanye NKRI harus diubah. Kampanye beberapa tahun lalu—periode 2011-2017, tidak laku lagi. Jika diulang lagi kampanye seperti itu, pasti malah akan mendapatkan teriakan dan cibiran masyarakat. Intinya, RH harus berbesar hati menerima saran dan kritikan untuk perbaikan masa depan Gorontalo lebih maju.
Dikatakan, baru sebagian kecil janji-janji poltik ini yang perlu dievaluasi pasangan NKRI. Belum lagi janji perbaikan infrastruktus—jalan dan jembatan serta bangunan. Perbaikan ekonomi rakyat, perihal bantuan modal bagi masyarakat miskin. Jika RH tidak siap mengurai persoalan dan mencari jalan keluarnya, akan berefek pada kurangnya simpati rakyat terhadap NKRI.
Penggerak KOMPAK Cinta Idris ini menambahkan, keluhan PNS pun harus ditampung. Misalnya, non job yang dinilai tidak sesuai dengan prosedur. Demikian pula soal mutasi yang dilakukan hanya berdasarkan pada like and dislike (suka dan tidak suka)—dan bukan pada profesionalisme personal PNS.
“Oleh sebab itu, bagi kami Komunitas Penggerak Cinta Idris, berusaha menggalang kekuatan untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai soal janji politik yang pernah disampaikan Pak RH. Kasihan Pak Idris ikut terbawa-bawa oleh janji politik Pak Rusli,” ungkap Amrain.
Amrain menjelaskan, KOMPAK Cinta Idris ini terbentuk secara sukarela—tidak masuk sebagi Tim Sukses NKRI. Bahkan tidak ada anggaran yang disediakan oleh Idris Rahim atau NKRI. Otomatis bergerak sendiri.
“Kami tidak berbentuk seperti organisasi yang memiliki struktur kepengurusan. Tetapi kami secara suka rela menyediakan waktu dan mulut untuk berbicara. Bagi kami, masih banyak yang sayang sama Kak Idi (panggiang akrab Idris Rahim-red). Jangan sampai hanya gara-gara janji politik RH yang tidak terpenuhi, Kak Idi ikut jadi korban. Kasihan Kak Idi, sebab keduanya (Rusli dan Idris-red) adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan, yakni, NKRI,” tandasnya.** (MCB.01/02)
